Opini Dasman Djamaluddin, “Inggit Garnasih, Pahlawan Nasional 2023?”


Oleh Dasman Djamaluddin SH MHum, Mantan Wartawan Sriwijaya Post, Penulis Biografi dan Sejarawan.

SELAMA 20 tahun Ibu Inggit dan Soekarno hidup bersama, namun akhirnya harus berpisah. Setelah berpisah Ibu Inggit tidak pernah bertemu dengan Soekarno sampai pada akhirnya pada tahun 1960, Ibu Inggit bertemu lagi. Ketika Ibu Inggit bertemu Soekarno, ia hanya berkata “Kus, baju teh meni sae. Kahade kus ieu baju teh ti rakyat, ulah mapohokeun saha nu merena”. Kalimat bebahasa Sunda yang dilontarkan Ibu Inggit tersebut memiliki arti “Kus (Soekarno), bajunya bagus sekali. Awas kus baju ini dari rakyat, jangan melupakan siapa yang memberinya”.

Inggit Garnasih, lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888 — meninggal di Bandung, Jawa Barat, 13 April 1984 pada usia 96 tahun. Ia adalah istri kedua Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung. Pernikahan ibu Inggit dan Soekarno dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen dan berbahasa Sunda. Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal.

Kisah cinta “Inggit-Soekarno” ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang. Beliau meninggal di Bandung pada tanggal 13 April 1984. Dua bulan sebelum beliau meninggal, Fatmawati mengunjunginya atas bantuan Ali Sadikin.

Menurut saya, Ibu Inggit sangat tepat diajukan sebagai Pahlawan Nasional. Sebelumnya mantan suami Ibu Inggit, yaitu Presiden Soekarno, telah diangkat oleh Presiden Soeharto sebagai Pahlawan Proklamasi (Proklamator) bersama-sama Hatta. Setelah itu di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Soekarno-Hatta diberi gelar Pahlawan Nasional. Ketika itu, keluarga Presiden Soekarno dan Muhammad Hatta menyambut baik pemberian gelar pahlawan nasional tersebut. Selanjutnya pada 4 November 2000, Presiden Abdurrahman Wahid menetapkan Fatmawati sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118/TK/2000.

Hidup Soekarno yang Penuh Perjuangan

Hidup Soekarno memang penuh perjuangan. Ia pernah ditahan penjajah Belanda di Sukamiskin, Bandung. Ini pula yang menjadi saksi dari kisah perjuangan presiden pertama RI, Ir Soekarno, dan mantan istrinya, Inggit Garnasih. Bung Karno pernah menjalani hukuman sejak 9 Desember 1930 hingga 31 Desember 1931. Sepertinya tembok penjara ternyata tak mampu mematikan komunikasi di antara Bung Karno, sapaan Soekarno, dan Inggit Garnasih.

Bung Karno mempunyai siasat untuk mendapatkan informasi dari luar penjara. Ketika itu, Bung Karno dibolehkan oleh pihak penjara Hindia Belanda untuk menerima kiriman makanan, antara lain berupa telur yang dibawa oleh istrinya, Inggit Garnasih. Telur itulah yang menjadi alat komunikasi untuk mengabarkan keadaan di luar penjara Sukamiskin. Jika Inggit Garnasih mengirim telur asin, Soekarno tahu ada kabar buruk di luar penjara. Biasanya, kabar buruk yang menimpa rekan-rekan seperjuangan Bung Karno.

Megawati Minta Ibu Inggit Pahlawan Nasional

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memang dititipkan pesan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk memperjuangkan Inggit Garnasih sebagai pahlawan nasional.

Inggit merupakan istri kedua Presiden RI pertama Soekarno, ayah Megawati.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto di sela-sela acara senam Sicita dan program penghijauan nasional PDI-P yang digelar di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu, 28 Januari 2023. “Maka, tadi saya sampaikan pesan Ibu Megawati kepada Pak Ridwan Kamil terkait dengan Ibu Inggit. Mari kita perjuangkan sebagai pahlawan nasional,” kata Hasto dalam pidatonya.

Foto di Rumah Bersejarah Ibu Inggit Garnasih

Jika berkunjung ke rumah kediaman Ibu Inggit Garnasih sekarang ini pasti melihat potret Inggit Garnasih bersama Fatmawati serta Megawai Soekarnoputri dan Guntur Soekarnoputra.

Rumah Bersejarah Inggit Ganarsih tersebut terletak di Jalan Ibu Inggit Garnasih No 08, Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung.

“Pertemuan terakhir Ibu Inggit Garnasih dengan Ibu Fatmawati bersama kedua anakanya, Megawati Soekarnoputri dan Guntur Soekarnoputra, tahun 1980,” tulis caption foto dengan figura berwarna hitam.

Seperti diketahui, Megawati Soekarnoputri yang merupakan Presiden Indonesia kelima itu, merupakan salah satu penggagas yang mengusulkan agar Inggit Garnasih dijadikan sebagai pahlawan nasional.

Tito Asmarahadi (76), putra dari Ratna Juami (anak angkat Inggit Garnasih dan Presiden Soekarno) mengatakan, foto itu pertemuan antara neneknya bersama keluarga Fatmawati tahun 1980.

Pertemuan itu digagas mantan Gubernur Jakarta Ali Sadikin. Tito menyebut, pertemuan itu adalah pertemuan di mana Fatmawati meminta maaf atas kesalahannya selama ini kepada sang nenek.

“Itu momen tahun 1980, momennya yang mengusahaan mantan Gubernur Ali Sadikin. Ibu Fatma pada saat itu minta tolong kepada Ali Sadikin untuk maksud meminta maaf. Itu di rumah itu (rumah sejarah),” kata Tito.

Tito menyebut, dalam pertemuan itu Fatmawati meminta maaf kepada Inggit Garnasih. Permintaan maaf itu pun diterima Inggit. “Ibu Fatma meminta maaf sambil menangis, karena telah merebut Bung Karno dari Bu Inggit. Tapi Bu Inggit mengatakan ‘nggak usah dipikirkan, dari dulu pun sudah saya lupakan’,” ujarnya.

Inggit menyadari, jika pernikahan antara Bung Karno dan Fatmawati adalah skenario Tuhan yang harus diterimanya. Sehingga tak perlu ada dendam atau kekesalan menyikapi apa yang sudah terjadi. Inggit sendiri diketahui bercerai dengan Bung Karno pada 1942. Itu terjadi lantaran Bung Karno ingin menikahi Fatmawati, sedangkan Inggit tak mau dimadu.

Meski bercerai, Inggit tak menyimpan dendam. Bahkan, saat Bung Karno menikahi Fatmawati, Inggit memaafkannya. Kepada Fatmawati dalam pertemuan terakhirnya, Inggit menegaskan maafnya. “‘Dari dulu pun kamu itu anak ibu, seorang ibu lautan hampura (maaf)’. Jadi hal ini, Bu Inggit memaafkan semua kesalahan dari Bu Fatma. Bu Inggit menyadari bahwa itu skenario Tuhan, sudah kehendak Tuhan,” jelasnya.

Dulu Pernah Diusulkan

Usulan supaya Inggit Garnasih mendapat gelar pahlawan nasional mulai dibahas Pemprov Jawa Barat. Sosok perempuan yang selalu mendampingi Presiden Soekarno dalam masa pergerakan nasional di Indonesia itu, rupanya sudah sempat diajukan supaya mendapat gelar pahlawan pada 2008.

Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinsos Jawa Barat Elis Kartini mengatakan, pada tahun tersebut, Pemprov Jabar mengusulkan nama Inggit agar mendapat gelar pahlawan nasional. Namun di kemudian hari, usulan itu gagal terwujud yang alasannya juga belum dibeberkan oleh pemerintah pusat. “Jadi Bu Inggit itu pernah diusulkan jadi pahlawan nasional tahun 2008, tapi enggak lolos. Soal alasannya kenapa, kami juga enggak tahu. Karena rata-rata pejabat yang dulu mengurus itu sudah pada pensiun dan meninggal dunia,” kata Elis.

Elis mengungkap, pihaknya saat ini sedang mencari berkas usulan Inggit yang diajukan sebagai pahlawan nasional pada 2008 itu. Namun hingga sekarang, berkas tersebut begitu sulit ditemukan dan tidak tahu terbenam di mana. “Masih kami telusuri. Masalahnya, pejabat yang saya hubungi rata-rata mengetahui usulan itu, tapi enggak tahu berkasnya sekarang di mana dan itu terakhirnya adanya tahun berapa. Ke Kemensos juga lagi minta informasi pengusulan yang dulu itu, tapi belum ada perkembangan,” ucap Elis.

Ia menjelaskan, berkas pengusulan Inggit diperlukan untuk mengetahui mengenai alasan gagalnya istri kedua Bung Karno ini menyandang gelar pahlawan nasional. Sehingga kemudian, Pemprov Jabar hanya tinggal melengkapi dokumen pendukung yang dibutuhkan untuk kelengkapan berkas pengusulannya.

Jika harus mengusulkan berkas pengajuan yang baru, hal itu membutuhkan waktu yang panjang. Mulai dari studi pustaka yang berjenjang, penelusuran dokumentasi Inggit hingga seminar tentang usulan gelar pahlawan bagi Inggit Garnasih. “Jadi kalau menggunakan berkas usulan baru, itu akan memakan waktu yang panjang. Tapi kalau pemberkasan yang dulu masih ada, itu kemungkinan bakal kekejar di 2023 ini. Karena biasanya, batas akhir pengusulan itu di April. Makanya, sekarang sedang kita telusuri dulu berkas itu di mana,” pungkasnya.

Sumber: TRIBUNNEWS/PALEMBANG

Leave a Reply | Darwin Darkwin

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.