Tangkuban Parahu dalam Cinta Bung Karno dan Inggit Garnasih


ADA kisah menarik tersendiri soal Gunung Tangkubanparahu atau Tangkuban Parahu. Gunung di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang ini mewarnai biduk cinta Soekarno dan Inggit Garnasih.

Inggit sendiri merupakan perempuan kedua yang pernah menjadi istri Bung Karno. Inggit dinikahi Bung Karno di Bandung pada 24 Maret 1923.

Sebelum menikah dengan Bung Karno, Inggit adalah istri dari H Sanoesi. Sosok Sanoesi dulunya dikenal sebagai saudagar kaya raya di Bandung.

Tapi Sanoesi dan Inggit akhirnya bercerai. Perceraian ini tidak terlepas dari keinginan Bung Karno. Usai cerai dengan Sanoesi, Inggit kemudian dinikahi Bung Karno.

Pernikahan Soekarno dengan Inggit Garnasih sendiri jika dipikir dengan nalar akan sulit dicerna. Sebab kisah cintanya di luar dunia cinta pada umumnya.

Bung Karno, yang mencintai Inggit kala itu meminta izin langsung kepada Sanoesi. Bung Karno mengutarakanniatnya mempersunting Inggit.

Tak ada drama atau perseteruan menggebu untuk ‘merebut’ Inggit dari tangan Sanoesi. Saudagar kaya yang terkenal di Pasar Baru Bandung itu menyerahkan Inggit kepada Bung Karno dengan cara baik-baik.

Di sinilah kisah Tangkuban Parahu mewarnai ketiganya. Tangkuban Parahu jadi saksi bisu diserahkannya Inggit kepada Soekarno.

Foto Inggit Garnasih dan Presiden Soekarno di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih di Kota Bandung.

Tidak cuma-cuma, Sanoesi memberikan syarat kepada Soekarno jika ingin mempersunting Inggit kala itu. Syaratnya berupa perjanjian, Soekarno tidak boleh menyakiti hati dan perasaan Inggit. Jika itu terjadi, Soekarno harus menyerahkan Inggit kembali kepada Sanoesi.

Cucu angkat Inggit Garnasih, Tito Asmarahadi mengisahkan jauh sebelum Inggit Garnasih menikah dengan Soekarno, Sang Proklamator itu menumpang tinggal di rumah Sanoesi yang saat itu beristrikan Inggit.

“Betul, Bung Karno titipan HOS Tjokroaminoto. Waktu itu Soekarno sudah menikah dengan Oetari, Sukarno berkuliah di THS yang kini ITB. HOS Tjokroaminoto awalnya minta mencarikan tempat kos, akhirnya Bung Karno tinggal di rumah H Sanoesi,” kata Tito dijumpai detikJabar di kediamannya di Cibolerang, Kota Bandung, belum lama ini.

Getar Cinta Bung Karno dan Inggit

Tito menyebut Soekarno menaksir Inggit Garnasih saat ikut dalam kegiatan Partai Syarikat Islam yang digelar di Surabaya pada kala itu. Itu terjadi sebelum Bung Karno numpang di rumah Sanoesi.

“Sebetulnya Bung Karno sudah naksir sewaktu di Surabaya, ada kegiatan Partai Syarikat islam, di sana bertemunya, lihat Inggit sudah tertarik,” ucapnya.

Soekarno semakin merasakan hal berbeda saat bertemu Inggit yang kala itu tinggal bersama dalam satu rumah. “Kebetulan momen tinggal bareng Bu Inggit, hubungan jadi lebih dekat lagi,” ujarnya.

Ditambah, kala itu Sanoesi yang merupakan suami Inggit Garnasih sering beraktivitas di luar. Sehingga Inggit merasa kesepian.

“Perhatian ya perhatian, tapi dalam cerita tuh H Sanusi sering main keluar, hobinya main biliar, lebih banyak berkumpul dengan kawan-kawannya, dan sering ditinggal Bu Inggit,” ungkapnya.

“(Di rumah, Inggit) sering bertemu dengan Soekarno dan terjadilah saling naksir,” tambahnya.

Tito Asmarahadi memperlihatkan foto Inggit Garnasih.

Singkat cerita, pada tahun 1923, Soekarno meminta Inggit secara langsung kepada Sanoesi. Soekarno inginmenikahi Inggit dan Sanoesi menyetujuinya.

Tito Asmarahadi memperlihatkan foto Inggit Garnasih.Tito Asmarahadi memperlihatkan foto Inggit Garnasih. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

“Awalnya sudah ada persetujuan dari H Sanusi, (karena) diketahui oleh H Sanoesi mereka (Bung Karno dan Inggit) saling suka. Dengan gentle Bung Karno minta kepada H Sanoesi untuk menikahi Bu Inggit Zaman sekarang nggak mungkin itu terjadi, tapi itu kebesaran jiwa H Sanoesi,” tuturnya.

“H Sanoesi sadar dan tahu, nggak tahu bisa nerawang atau gimana, bahwa Soekarno akan jadi seorang pemimpin, nalurinya begitu. Bung Karno harus didampingi oleh seorang istri, dalam hal ini (Inggit) terpilih, dan itu terjadi perjanjian Bung Karno dengan H Sanoesi, dimana keduanya setuju. H Sanoesi pun meridakan untuk menceraikan Bu Inggit dan (Inggit) dinikahi Soekarno,” ujarnya.

Perjanjian antara Soekarno dan H Sanoesi, menurut Tito dilakukan di Gunung Tangkuban Perahu. Namun ia tak tahu persis kapan momen itu terjadi. Yang jelas, cerita itu ia dengar langsung dari Inggit sewaktu masih hidup.

“Perbincangan itu terjadi sewaktu mereka di Tangkuban Perahu, di situ terjadi obrolan dan terjadi persetujuan, tapi dengan syarat bahwa dari H Sanoesi apabila dalam 10 bulan Bung Karno menyakiti Ibu Inggit, diwajibkan Bung Karno mengembalikan Inggit kepada H Sanoesi,” pungkasnya.

Sumber: DETIK.COM

Leave a Reply | Darwin Darkwin

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.